Selasa, 09 Oktober 2012

Balada Seorang Tuna Wisma


"Dury"

Dibawah langit-langit kain parasut
Tempat aku berteduh
Beralaskan terpal, kain selimut
Aku bergulat menahan dinginnya malam
Aku terjebak dalam ketakutan yang suram
Di sebelah hutan yang liar,
Sawah gandum, batu kapur,
Aku tidur diantara mereka
Maafkan aku menjajah wilayahmu kelinci-kelinci kecil
Maafkan aku mengganggu ketenanganmu rusa-rusa liar
Ijinkan aku menjadi sahabat barumu,
Ijinkan aku tenang bersamamu dibawah sinar
Terang rembulan purnama



"Pont Noyelle"

Kain parasut ini yang melindungiku
Dari derasnya hujan,
Kain parasut ini yang melindungiku
Dari kencangnya angin,
Alas terpal ini yang menjadi kasur tidurku
Selimut tebal ini yang menjadi penghangatku
Aku lelah, aku tidur diantara pepohonan besar,
Di pinggiran sungai
Maafkan aku rumput,
Yang tertindih beratnya tubuhku,
Terima kasih burung,
Yang telah mengiringi istirahatku dengan kicauanmu,
Terima kasih



"Bebas"

Rumahku dunia
Tempat tidurku alam
Teman-temanku hewan,
Biarkan aku bebas berpijak diatasnya,
Biarkan aku bebas berteduh dibawahnya,
Biarkan aku bebas bahagia dengannya,
Jangan ganggu kami!



"Terbangun"

Aku terbangun
Bukan karena ayam yang berkokok
Aku terbangun
Bukan karena hujan yang lebat
Aku terbangun
Bukan karena mimpi basah
Aku terbangun
Karena gemuruh kencangnya angin
Yang menyambar-nyambar pepohonan besar,
Lalu menerjang tendaku.




"Manis"

Dari pagi ke Pagi,
Sarapanku selalu kopi pahit
Akhirnya hari ini,
Aku bisa meminum kopi yang manis
Maaf sayang,
Aku mengatakan kopi ini manis
Walaupun tak sebahagia,
Melihat kamu yang manis




"Musim Semi"

Gemuruh angin musim semi
Masih tersisa sedikit aroma musim dingin
Dedaunan mulai tumbuh
Bunga-bunga mulai bermekaran

Kicauan burung menyambut bahagia kehangatan bumi
Kodok, bebek, angsa, tidak lagi bersuara kesakitan
Serangga musim panas pun mulai bermunculan
Dan matahari enggan untuk menenggelamkan diri

Manusia barat mulai tampak lebih baik
Bibir-bibirnya tak lagi membeku
Hati-hatinya tak lagi kaku
Sebagaian besar mahluk hidup, hidup.




"Beauvais"

Untuk sampai di kota bunga 
Entah sudah berapa kilometer roda sepeda ini berputar
Jalan yang tak banyak lika-likunya,
Namun banyak naik turun yang sangat melelahkan

Terkadang aku harus menyingkir
Untuk menghindari manusia-manusia bego
Lebih baik berjalan di pinggir
Daripada diserempet kendaraan bermesin yang ego

Kemarin malam aku berjanji
Tidak lagi memeluk gundik tak berkentut dimalam ini
Hasratku tak sabar melepas hidupku yang kelam
Aku siap menikmati aroma kentutmu sepanjang malam

Aku sudah tiba terlebih dahulu
Aku menunggumu dengan sepeda
Kau menyambangiku dengan kereta
Disini lah hati kita berlabuh



Sengkuni, Picardie, Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar